Welcome to Rinna Fridiana's Notes

Sunday, November 27, 2011

Sederhana saja, kita tidak bisa memuaskan semua orang namun kita bisa merasakan kepuasan saat berusaha memberi jalan meski dengan hanya setitik penerangan di kegelapan. Tersandung, tergores hanya bagian dari cara hidup menjadikan kita lebih kuat...

Ini Aku, dengan Segala Kekuranganku

Tak selamanya mentari itu bersahabat sayang, ketika teriknya menusuk daging dan menyilaukan matamu. Lindungi saja dengan cara yang bisa kau lakukan, gunakan lengan panjang dan tutupi matamu dengan jemari... Lakukan saja hal yang paling sederhana untuk melindungi dirimu.

Tak selamanya hujan itu juga menyegarkan.. ketika jatuhnya deras tanpa henti serta meninggalkan jejak-jejak lubang di jalan, banjir di dekat rumah kita.. sungguh repot mereka mendorong motor yang mogok. Kita mesti bersyukur terhindar dari itu semua.

dan kamu termangu di dalam mobil menatap keluar dengan sendu.. “kenapa sayang ?”

Friday, November 25, 2011

Menyelaraskan niat, ucapan dan tindakan so hard.. hard.. hard... Terlalu banyak kepentingan, terlalu banyak sungkan, terlalu banyak ketakutan dan keraguan. Itulah kenapa begitu banyak kepura-puraan

Tulisan Aduan Buat Si Sayang

ini tulisan aduan buat kekasihku.. karna ga bisa ngadu ke sapa-sapa.. (hihihi tp di broadcast)
gini aduannya sayang :

sejak kena cacar itu rasanya body belum sehat bener, masih 3L (lemah letih lesu) tapi kegiatan yang sudah terjadwal jauh2 hari tetep harus berlangsung- jadinya deh dipaksakan tetap menjalani semua aktivitas dg usaha terbaik..

Thursday, November 24, 2011

Bagaimana Warnamu ?

Kita tak pernah bisa belajar dan mengenali kebaikan bila tidak pernah tau apa itu keburukan.. dan kita tak bisa berkata cantik ketika tak ada seorang pun yang jelek, lantas apa yang musti disombongkan ketika semua “ada” karna kehadiran “tiada” ketika kesempurnaan hadir justru setelah mengenal kekurangan...

Indah cara Tuhan mengatur kehidupan ini, dimana setiap kesedihan dikenali karna kehilangan kebahagiaan dan senyum bisa berganti airmata sewaktu-waktu.. tapi siapa bisa berkata tidak mungkin bahwa diujung kesedihan bisa berakhir kebahagiaan dan smua titik-titik airmata adalah awal dari senyuman.... itu mengapa “harapan” sangat penting dalam hidup.

Friday, November 18, 2011

Istimewanya Wanita

Ketika Aku menciptakan seorang wanita, ia diharuskan untuk menjadi seorang yang istimewa. Aku membuat bahunya cukup kuat untuk menopang dunia, namun harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan.

Aku memberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang seringkali datang dari anak-anaknya. Aku memberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang lain menyerah, dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh.

Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan, bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya. Aku memberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya.

Aku memberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik takkan pernah menyakiti isterinya, tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada di sisi suaminya tanpa ragu. Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk diteteskan. Ini adalah khusus miliknya untuk digunakan bila mana ia perlukan. 

Wednesday, November 16, 2011

Sikap Mempengaruhi Kebahagiaan

"Orang yang bahagia bukanlah orang di lingkungan tertentu, tetapi orang dengan sikap tertentu." (Hugh Downs).
Saya mulai memahami barisan kalimat itu setelah mendengar pengalaman Bapak Sobari, sebut saja demikian, dalam menjalani kehidupannya. Memang benar bahwa lingkungan mungkin memberi pengaruh kepada kita, tapi sesungguhnya kebahagiaan kita bukanlah tergantung pada lingkungan di mana tempat kita tinggal, kebahagiaan kita sangat tergantung bagaimana sikap kita dalam menjalani hidup, bagaimana cara kita dalam menyikapi persoalan hati. Dimana pun kita berada.

Siapa sih yang belum pernah bertemu dengan masalah? Semua orang pasti pernah bertemu dengan yang namanya masalah. Masalah kecil, masalah besar, tergantung dari cara kita memandang permasalahannya. Banyak orang menghindari masalah, karena sebagai manusia, yang kita inginkan adalah ketenangan hidup, bukan seabreg masalah yang memusingkan, apalagi menyakitkan.

Monday, November 14, 2011

Kekuatan Kata-kata

Seorang teman berujar dengan candanya, "Bersyukurlah di tubuhmu yang kecil terdapat jiwa yang besar, hati yang kuat, dan kesabaran yang tak biasa. Sementara di tempat lain, ada yang bertubuh besar namun memiliki jiwa yang kecil, hati yang lemah, dan pikiran yang sempit."

Saya tertawa dan mengatakan padanya bahwa pada akhirnya dia tega juga membicarakan hal yang sifatnya fisik. Tubuh saya memang tidak tinggi. Dia segera mengkoreksi pandangan saya terhadap kata-katanya walau sebenernya kami sama tahu bahwa bukan itu yang menjadi titik persoalan dan saya hanya menanggapi semua itu dengan canda.

Dia kembali mengingatkan saya bahwa kata-katanya dimaksudkan untuk memastikan bahwa "Tuhan itu Mahaadil" dan keadilan Tuhan tidak bisa diukur dengan kesempurnaan segala sesuatu, tapi justru diukur dengan keseimbangan yang ada, dengan kekurangan yang disertai kelebihan atau sebaliknya.

Saturday, November 12, 2011

Belajar Mengalahkan Ego

Gara-gara tidak mengikuti kemauannya untuk masuk ke arena bermain pada mall yang kami kunjungi, si kecil ngambek (marah) tidak mau ikut makan siang. Bukan cuma itu, saat kami sekeluarga duduk mengelilingi sebuah meja makan di restoran cepat saji, dia malah memisahkan diri duduk di meja lain dengan tangan dilipat di atas meja dan bibir mungilnya maju beberapa centimeter ke depan.

Saya mencoba membujuknya dengan melambaikan tangan dan memanggilnya untuk duduk di kursi sebelah saya yang sengaja dikosongkan, tapi dia hanya menggelengkan kepala dengan mata dan raut wajah yang masih terlihat marah. Saya kemudian pura-pura marah juga dengan mengangkat bahu dan berusaha tidak lagi memperhatikan dia dengan bercanda bersama kakak-kakaknya. Seringkali saya meliriknya dan melihat dia juga mencuri pandang ke arah kami dengan kesal. 

Thursday, November 10, 2011

Hidup itu Pilihan

Ketika seseorang bertanya : “bagaimana, sekolahnya sudah selesai?” saya hanya bisa menggeleng dan tersenyum malu karena memang seharusnya saya sudah lulus akhir tahun ini namun karena satu dan lain hal maka saya masih berkutat dengan kesibukan kantor dan tesisnya tersendat-sendat. Jadi karena sibuk bekerja? Hmm.. saya bilang pada diri saya, ini bukan salah siapa-siapa… ini pilihan saya, memprioritaskan dulu urusan yang saya anggap lebih mendesak ketimbang urusan yang lainnya. Ini hidup saya, tentu saya yang harus mengendalikan, tentu saya yang harus bisa memilah dan memilih mana yang harus saya dahulukan karena saya tau persis kemampuan saya tak memungkinkan semua selesai dalam waktu bersamaan bila saya menginginkan kesuksesan di keduanya… Satu persatu lebih masuk akal bagi saya dan berharap itu lebih optimal.

Wednesday, November 9, 2011

Harga Diri

Saat seorang teman berujar, "Tapi itu kan harga diri kita yang dipertaruhkan. Di mana harga diri kita?" Saya sempat merenung dan memikirkan makna dibalik kata-kata itu. Saya bukan orang pintar yang pandai mengurai makna, apalagi bila diminta untuk mempersepsikan barisan kalimat bahasa Indonesia menurut tata bahasa yang benar, saya lebih sering menyerah. Saya lebih suka merasakan setiap kalimat.

Sebaris kalimat tanya di atas yang sesungguhnya sederhana saja dan seringkali digunakan oleh kebanyakan dari kita saat kita dilibatkan secara emosi oleh suatu masalah yang melibatkan hati kita dan menorehkan luka yang kemudian menantang kita, maka kita mulai bicara soal harga diri. Dan bicara soal harga diri seseorang, menurut saya ini sangat relatif antara satu orang dengan orang yang lain.

Jika kita perhatikan tayangan TV dimana seorang selebriti ribut dengan rekannya atau pasangan hidupnya, kemudian yang satu menjelekkan yang lainnya dengan alasan membela harga dirinya, apakah patut kita juga melakukan hal yang sama? Saat kita bicara mengenai harga diri ini, benarkah pembelaan akan selalu menaikkan harga diri kita jauh lebih tinggi dari sebelumnya? Bukankah pembelaan dengan cara yang salah malah akan merendahkan martabat kita sendiri?

Sunday, November 6, 2011

Sebuah Tanggung Jawab

Sepulang kerja, saat berjalan-jalan di sebuah mall bersama teman sekantor, kami melewati sebuah toko yang menjual aneka akuarium lengkap dengan ikan dan kura-kura. Lama berada di situ untuk melihat-lihat, saya dan teman saya sepakat untuk membeli kura-kura yang pada waktu itu dijual dengan harga diskon, lengkap dengan kandang dan makanannya.

Menurut penjual toko, kura-kura kecil itu berusia 3 bulan dan sudah tidak rentan lagi alias sudah cukup kuat untuk dipelihara dan dipisahkan dari induknya. Memang, kami agak sedikit khawatir, kalau sudah dibeli, jangan-jangan setelah sampai di rumah malah langsung mati. Namun, dengan gaya penjual yang selalu memikat dan juga keinginan besar kami untuk memelihara kura-kura, maka jadilah teman saya membeli seekor kura-kura dan saya membeli sepasang kura-kura.

Esok harinya, teman saya memang benar-benar membawa kura-kura itu ke kantor. Sementara saya, terpaksa meninggalkan kura-kura milik saya di rumah karena anak-anak bersikeras akan merawat dan menjaganya. Walaupun saya katakan bahwa memelihara kura-kura itu tak semudah persangkaan mereka, namun mereka tetap berkeyakinan mampu menjaganya dan berjanji memberi makan tepat waktu serta bersedia mengganti air dan mencuci kandang dua hari sekali. Meski saya menyangsikan komitmen mereka, namun saya merasa harus memberi mereka kesempatan untuk belajar bertanggung jawab.

Saturday, November 5, 2011

Memohon Keajaiban

Ketika masalah demi masalah terasa menghimpit dada kita, menciptakan nyeri yang dalam, membuat mata kita membasah, dan menjadikan kita merasa berat melangkah di kehidupan ini. Pada umumnya kemudian kita merasa bahwa kehidupan seperti tak adil dalam membagi rasa ini. Lingkungan seperti tak adil memperlakukan kita dimana kita merasa sudah melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan, namun hasilnya seperti kesia-siaan belaka ketika orang lain justru menilai kita dengan cara yang sama sekali berbeda dari yang kita harapkan.

Apa yang bisa kita lakukan?

Friday, November 4, 2011

Jangan Simpan Dendam

"Kebencian atau dendam tidak menyakiti orang yang tidak anda sukai. Tetapi setiap hari dan setiap malam dalam kehidupan Anda, perasaan itu menggerogoti Anda." (Norman Vincent Peale).

Thursday, November 3, 2011

Tengoklah ke dalam Hatimu

Sejak kecil, saya dekat sekali dengan bapak, hampir dalam setiap tugas-tugas sekolah yang tidak bisa saya selesaikan sendiri, saya selalu minta bantuan bapak. Hingga kuliah diploma saja, saya masih sering diantar jemput olehnya. Hubungan kami yang erat membuat saya tidak pernah segan atau malu menceritakan masalah-masalah pribadi seputar masalah remaja padanya, walau tentu saja tidak semua pandangan serta jalan keluar yang diusulkan beliau dengan serta merta saya ikuti. Lahir dari latar belakang serta pengalaman yang berbeda membuat saya dulu sering berpikir bahwa beliau seorang yang kolot, namun kesederhanaannya, kesabarannya dalam menghadapi hidup, selalu membuat saya tercengang dan pada akhirnya mengagumi beliau.

Bapak saya asli anak seorang petani, jauh di desa terpencil di Jawa Tengah sana. Hingga saat ini, hampir seluruh sanak saudaranya masih bertani, begitu juga dengan adik dan kakak-kakaknya, sementara beliau memilih ke luar dari desanya untuk membuat 'terobosan', begitu istilah beliau setiap kali bercerita tentang asal mula ada di Bandung. Bapak saya memilih jadi anggota ABRI, yang katanya berjuang sama kerasnya dengan petani, namun memiliki tantangan keluar lebih banyak.

Wednesday, November 2, 2011

Pekerjaan

Pekerjaan memang terasa ringan jika tidak dikerjakan.Terus jika tidak dikerjakan, apakah bisa selesai dengan sendirinya? Maunya sih sulap salip susulapan : sim salabim jadi apaaa prok prok prok !!
 
Nyatanya.. kalo ga dikerjain, yaaa.. jadi numpuk deh, jadi makin repot deh, jadi nambah uring-uringan karena merasa kerjaan kebanyakan dan merasa paling sibuk sedunia padahal semua gara-gara gak dicicil dikerjain, gara-gara ditunda, gara-gara gak bisa ngatur mana yang prioritas dan tidak… hasilnya? Manyun seharian
Lucunya, akibat-akibat itu semua kita keluhkan terus menerus tanpa merasa perlu merubah segala sesuatunya agar jadi lebih baik… misalnya; mulai dengan tidak menunda pekerjaan, memilah-milah yang mana yang didahulukan dan yang mana yang bisa ditunda, mulai mengatur dan mengontrol diri untuk tetap produktif meski didepan mata kesempatan bersantai ria dan berleha-leha senantiasa terbuka…

Hmm.. pekerjaan jadi terasa ringan juga lho jika kita mengerjakannya dengan senang, melihat pekerjaan sebagai tantangan yang bernilai bagi diri kita… mulailah dengan mencintai pekerjaan, kalo gak cinta, kalo bosan, saya biasanya suka mengingatkan diri saya bahwa kerja itu ibadah, bahwa hasil kerja saya buat anak-anak saya… jadi semangat lagi deh.

Tuesday, November 1, 2011

Berpikiran dari Sudut Pandang Lawan

Status seorang teman di salah satu media sosial :
“Kadang dalam menghadapi suatu konflik, alangkah lebih baiknya jika kita berpikiran dari sudut pandang lawan kita agar kita bisa lebih bijak dalam menghadapinya. Tapi jika kita tidak tau pandangan lawan bahkan untuk membuka komunikasi dengan lawan kita saja tidak bisa, apa yang bisa kita usahakan lagi ?”

Teman muda saya ini lumayan kritis, banyak sekali yang ditanyakan pada saya, semua coba saya jawab meski kadang musti agak mikir juga jawabannya (heuheu pengaruh usia, katanya beda usia berarti beda cara pandang). Tidak semua jawaban saya diterima, banyak juga yang didebatkan dan pada akhirnya kami memilih abu-abu saja (sesuai keyakinan masing-masing, hehe). Yang jelas, kami saling belajar.